Kamis, 08 Januari 2009

Tuhan Tidak Pintar Matematika

Dari pengamatan saya terhadap keseharian yang saya temui, saya dapat
menyimpulkan satu hal: Tuhan memang serba bisa, tapi Dia tidak pintar
matematika. Kesimpulan ini bukan tanpa dasar lho. Banyak bukti empiris
yang mendukung kesimpulan saya ini. Sebagai seorang "fresh graduate",
saya tak mungkin mengharapkan penghasilan tinggi dalam waktu sekejap.
Terlebih karena saya memegang prinsip bahwa hal yang terpenting dalam
bekerja adalah kepuasan hati. Saya lebih memilih pekerjaan yang mungkin tak
segemerlap pekerjaan yang dipilih teman-teman seangkatan saya,
tapi mampu "memuaskan" idealisme saya.

Saya memang sangat mencintai dan menikmati pekerjaan saya saat ini.
Tapi saat saya berbincang dengan seorang teman yang bekerja di ibukota,
ia mulai membandingkan penghasilan kami (dari sisi finansial tentunya).
Jelas saja saya kalah telak darinya.

Saya sempat jengkel sebentar. Bagaimana tidak. Selama bermahasiswa,
sepertinya prestasi kami sejajar, bahkan saya lebih dahulu lulus ketimbang
dia. Tapi kenapa Tuhan tidak menitipkan rejeki yang sama besarnya
dengan yang dititipkan pada teman saya ini?

Tapi, begitu saya merenungkan kembali segala kebaikan Tuhan saya
menemukan satu hal yang luar biasa. Ternyata penghasilan saya yang
tak seberapa itu cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saya,
bahkan untuk mengirim adik ke bangku kuliah. Padahal logikanya
pengeluaran saya per bulannya bisa sampai dua kali lipat penghasilan
saya. Lalu darimana sisa uang yang saya dapat untuk menutupi kesemuanya itu?
wah, ya dari berbagai sumber. Tapi saya percaya tanpa campur
tangan-Nya, itu semua tidak mungkin. Nah, ini salah satu alasan mengapa
Tuhan tidak pintar matematika. Lha wong seharusnya neraca saya sudah
njomplang kok masih bisa terus hidup.

Bukti kedua adalah kesaksian seorang teman. Ia mengaku kalau
semenjak lajang, penghasilannya tidak jauh berbeda dengan sekarang.
Anehnya, pada saat ia masih membujang, penghasilannya selalu pas.
Maksudnya, pas akhir bulan pas uangnya habis.
Anehnya, begitu ia berkeluarga dan memiliki anak, dengan penghasilan
yang relatif sama, ia masih bisa menyisihkan uang untuk menabung.

Aneh bukan? Berarti kalau bagi manusia 1 juta dibagi satu sama dengan
1 juta dan 1 juta dibagi dua sama dengan 500 ribu, tidak demikian bagi
Tuhan. Dari kesaksian teman saya, satu juta dibagi 3 sama dengan satu
juta dan masih sisa. Betul kan bahwa Tuhan itu tidak pintar matematika?

Ah, saya cuma bercanda kok. Buat saya, kalau dilihat dari logika manusia
Dia memang tidak pintar matematika. Mungkin murid saya yang kelas 2 SD
lebih pintar dari Dia. Tapi satu hal yang harus digarisbawahi:
MATEMATIKA TUHAN BEDA DENGAN MATEMATIKA MANUSIA.
Saya tidak tahu dan mungkin tidak akan pernah sanggup mengetahui
persamaan apa yang digunakan Tuhan. Tapi kalau boleh saya menggambarkan,
ya kira-kira demikian:

X= Y
dimana
X = pemberian Tuhan
Y = kebutuhan

Ya, Tuhan selalu mencukupkan apapun kebutuhan kita. Tanpa kita minta pun,
Dia sudah "menghitung" kebutuhan kita dan menyediakan semua
lewat jalan-jalan- Nya yang terkadang begitu ajaib dan tak terduga.

Menyadari hal itu, saya bisa menanggapi cerita teman-teman yang "sukses"
dengan penghasilan tinggi di luar kota dengan senyum manis. Soal penghasilan
Tuhan yang mengatur. Untuk apa saya memusingkan diri dengan berbagai
kekhawatiran sementara Dia telah menghidangkan rejeki di hadapan saya.
Yang perlu saya lakukan hanyalah melakukan bagian saya yang tak seberapa
ini sebaik mungkin, dan Ia yang akan mencukupkan segala kebutuhan saya.

1 komentar:

  1. Hmm... memang benar, artikel ini bisa membuka hati orang-orang yang serakah akan harta :-)

    BalasHapus